MakamKramat Ki Buyut Jenggot Hendak Dipindah, Warga Bersatu Lawan Lippo Group Tangsel ini, berlangsung mulai tanggal 1 Agustus 2022 sampai 30 September 2022. Lippo Group Sebut Tidak Gusur Keramat Ki Buyut Jenggot, Ini Penjelasan Kabid Budaya. Senin, 1 Agustus 2022 22:23 WIB. Sidak ke RSUD Pakuhaji, Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Catat
Makam Ki Buyut Urang Gambar Akhmad Fauzi Jika Anda pernah berkunjung ke daerah Pamayahan di Indramayu tentu Anda akan mengetahui ada makam yang masyarakat sekitar menamakannya Kibuyut Urang. Bagaimana ceritanya sampai diberi nama Kibuyut Urang mari kita ulas ceritanya. Pada zaman dahulu ada seorang pangeran yang bernama Ki Gedeng Pasir, dia menuntut ilmu kepada Pangeran Cirebon selama tiga tahun. Pada suatu hari Ki Gedeng Pasir disuruh membersihkan pekarangan oleh Pangeran Cirebon. Ki Gedeng Pasir akhirnya membersihkan pekarangan, tetapi bukan hanya rumput yang dibersihkan dia juga mencabut tanaman pisang yang ada di pekarangan tersebut sehingga Pangeran Cirebon marah. Dan kemarahannya tersebut dilampiaskan kepada Ki Gedeng Pasir dan meminta menanam pisang kembali. Keesokan harinya tanaman pisang tersebut tumbuh kembali, melihat hal tersebut sang Pangeran Cirebon berkesimpulan bahwa muridnya itu bukan orang sembarangan. Lama kelamaan Ki Gedeng Pasir mempercayainya dan disuruhlah dia pindah ke sebelah barat dengan membawa isteri Pangeran Cirebon yang kedua yang sangat dicintainya itu. “Pergilah secepatnya pada hari ini juga, pesanku seandainya dalam perjalanan nanti terjerembab maka berilah nama tempat itu Depok, dan berhati-hatilah terhadap isteri saya ini karena sedang mengandung tiga bulan, perempuan ini bakal melahirkan seorang puteri turunan ratu”. Demikian ungkap Pangeran Cirebon kepada Ki Gedeng Pasir. “Baiklah pangeran” jawab Ki Gedeng Pasir, beberapa hari kemudian isteri kedua pangeran Cirebon tersebut melahirkan bayi tetapi bukan perempuan melainkan seorang laki-laki. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Anak tersebut sangat suka makan dan pandai berbicara hingga akhirnya dia menanyakan sesuatu kepada ibunya. “Ibu mengapa saya diberi makan ini-ini saja” kata anaknya, dan ibunya langsung menjawaba “Nang istilah untuk anak laki-laki karena yang memberi makan bukan ayahmu, tapi Ki Gedeng Pasir. Ayahmu adalah Pangeran Cirebon”. Mendengar penjelasan tersebut anaknya langsung pergi tapi tidak tahu tujuannya hingga akhirnya dia sampai ke hutan. Di tengah hutan tersebut anak tersebut bertemu dengan Raja Sumedang, kemudian sang Raja menanyakan asal-usul anak tersebut. Dia menjawab “Duh Gusti aku adalah anak hutan tidak punya ayah dan ibu, dan tidak mempunyai nama” demikian jawab anak tersebut. Raja pun berkata “saya mau mengurus kamu asal kamu mau mengambil dugan kelapa muda, tetapi tidak boleh menggunakan alat dan memanjat pohon”. Mendengar jawaban tersebut, sang anak menangis sambil mengusap-usap pohon kelapa tersebut. Tiba-tiba pohon kelapa tersebut berubah menjadi pendek lalu dia memetik dugan tersebut dan diberikan kepada sang Raja. Tetapi apa yang terjadi dia malah diusir sang Raja Sumedang tersebut. Sang anak pergi sambil menangis sepanjang jalan karena sedihnya hingga akhirnya sampai ke desa Beawak Pinggir Kali Cimanuk. Melihat sungai itu anak tadi ingin bunuh diri dengan cara terjun ke sungai. Beberapa hari kemudian anak yang ingin bunuh diri tersebut sampai ke desa Pamayahan, Indramayu. Kebetulan waktu itu ada Lebe pemuka agama di desa yang ingin mengambil air wudhu untuk sholat. Tiba-tiba dia melihat anak laki-laki yang hanyut di sungai maka ia pun mengangkat anak tersebut. Beruntung dia masih hidup dan kemudian dia ditanya nama dan anak siapa oleh lebe. Anak tersebut menjawab tidak punya ayah dan ibu, lagi pula belum punya nama. Kemudian sang Lebe memberi nama Urang karena diperolehnya dari Sungai. Lama kelamaan anak tersebut tumbuh besar, dan Ki Lebe bermaksud menikahkan Urang dengan anaknya. Keduanya akhirnya menikah dan Urang sudah menjadi menantu Ki Lebe. Pada suatu hari si Urang disuruh mengambil air, tetapi perbuatan si Urang aneh sekali, dia mengangkat air bukan dengan kaleng tetapi dengan keranjang. Kemampuan tersebut membuatnya dikagumi banyak orang, hingga seluruh kampung membicarakan si Urang. Hingga berita tersebut sampai pada pak Naib Penghulu. Mendengar berita itu pak Naib berpendapat bahwa Urang itu bukan orang sembarangan. Kemudian menasehati Lebe supaya tidak lagi menyuruh si Urang. Dari perkawinan si Urang dengan anak Lebe tersebut dia memiliki dua orang anak yang laki-laki bernama Bagus Rangin dan yang perempuan diangkat menantu oleh orang Sumber. Setelah menikah dia akan mengirim makanan ke ibunya yang ada di Pamayahan. Di tengah perjalanan ada yang mencegatnya dan perempuan tersebut akhirnya dibunuh. Karena tempat dia akan Tetapi sebelum meninggal di berpegangan pada akar yang kuat maka dia berpesan bahwa berilah nama tempat ini Lajer. Maka itulah yang menyebabkan asal-usul nama Desa Lajer di kecamatan Tukdana. Saat jenazahnya diusung dari sanggul pengatennya semua bunganya berjatuhan maka daerah tempat bunga yang berjatuhan tersebut diberi nama Wanasari Wana artinya Hutan, dari Sari artinya Wangi dari bunga. Maka di wilayah Indramayu ada desa bernama Wanasari di kecamatan Bangodua. Karena suaminya juga terluka dan beberapa bagian tubuhnya patah maka dia akhirnya dia tak kuasa dan terjatuh juga dan dia berpesan bahwa suatu hari nanti desa tempat dimana ia terjatuh diberi nama Gadel. Desa Gadel terletak di Kecamatan Tukdana Indramayu. Hingga suatu hari, Pangeran Cirebon mendengar kabar bahwa keturunannya ada di Pamayahan bahkan sudah memiliki anak, ia mengutus anak buahnya untuk membunuh Bagus Rangin di Pamayahan. Sedangkan kepalanya harus dibawa ke Cirebon. Mendengar kabar tersebut, Si Urang ketakutan dan menyuruh Bagus Rangin untuk pergi ke sebelah barat Pamayahan. Kalau ada kebon Ceplik Kebun Cabe Rawit berhentilah dan bertapalah di tempat itu. Kemudian tempat itu dikenal dengan nama Melanggangan. Balai Desa Larangan Kecamatan Lohbener Indramayu Dok. Didno Di tempat itulah Bagus Rangin bertemu dengan utusan dari Cirebon, utusan tersebut mengatakan bahwa dirinya diutus Pangeran Cirebon untuk membunuh Bagus Rangin. Karena sedihnya dia kemudian meneteskan air mata. Maka dia berpesan bahwa tegalan ini diberi nama Larangan. Maka sekarang ada Desa Larangan kecamatan Lohbener. Lalu Bagus Rangin dipotong kepalanya oleh utusan dari Cirebon tersebut, dan kepalanya dibawa untuk diberikan kepada Pangeran Cirebon. Setibanya di Cirebon kepala Bagus Rangin tersebut berubah menjadi batang pisang. Sebelum Bagus Rangin meninggal dia berpesan supaya dikuburkan di Pamayahan dan tempat itu diminta diberi nama Ki Buyut Urang. Hingga saat ini Ki Buyut Urang masih ramai dikunjungi oleh peziarah dan diperingati setiap tanggal 12 bulan Maulud. Cerita ini dikutip dari buku Sejarah Indramayu Karya H. A. Dasuki.
Tanggalyang tertera, 30-7-1969, tampaknya adalah tanggal dilakukannya kegiatan perbaikan masjid. Masuk ke ruang utama masjid yang tak begitu besar terlihat mimbar dan soko guru berukir suluran daun dan bunga. Saya sempat memotret dari dalam cungkup Makam Ki Buyut Trusmi Cirebon, melewati pintu masuk ke arah luar, mengikuti permintaan Haji
Laporan Wartawan Desi Purnamasari KABUPATEN SERANG - Jelang Ramadan, warga melakukan ziarah makam. Makam Ki Buyut Santri merupakan salah satu area pemakaman yang dikunjungi warga. Makam Ki Buyut Santri berlokasi di Kampung Keramat Kole, Desa Pamarayan, Kecamatan Pamarayan, Banten. Peziarah memadati makam itu menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Area pemakaman itu terletak di permukiman warga. Baca juga Kunjungi Kampung Agrinex di Pandeglang, Menparekraf Ini Konsep Wisata Baru Terbuka dan Religius Baca juga Cerita Warga Berwisata Religi di Banten, Satu Hari Kunjungi Tiga Lokasi Pada Selasa 7/4/2021 kemarin, terlihat bangunana berbentuk kubus berukuran kurang lebih 8x5 meter bercat putih di sekeliling dinding. Ruangan sengaja dibuat terbuka guna para penziarah duduk, dan berziarah. Pada saat berkunjung, terdapat satu ruangan tertutup dua pintu berlapis besi. Di dalam ruangan tesebut terdapat makam Ki Buyut Santri dan beberapa para saudaranya. Sementara yang letaknya di luar ruangan, terdapat makam keturanan dari Ki Buyut Santri. Ki Buyut Santri yang hidup pada masa Kesultanan Banten merupakan sosok pejuang sekaligus ulama besar, tokoh penyebar agama islam di Banten tengah. Jaenal Abidin mengatakan sebelum dibangun area pemakaman, para peziarah sudah ramai berdatangan. Mereka menggunakan daun sebagai alas tempat duduk.
Adaratusan peziarah yang datang untuk menyekar, berdoa, berzikir, dan lain sebagainya di makam leluhur mereka yang telah tiada. Setelah itu, tidak sedikit masyarakat yang langsung berziarah di makam Ki Buyut Suyem dan Nyi Masniti. Mereka berdoa tepat di depan pintu masuk ruangan makam kedua tokoh penyebar agama Islam tersebut.
Kabar6-Masyarakat di Desa Cikamunding, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak, berziarah ke makam para leluhur. Kegiatan ini menjadi tradisi baru yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Cikamunding menjelang peringatan hari jadi desa tersebut yang ke-48. Hari Jadi Cikamunding jatuh pada tanggal 12 Maret 2023. Diawali Kepala Desa Cikamunding Yayan Hendaya bersama aparatur pemerintah desa, LKD, dan tokoh masyarakat berziarah ke makam Ki Buyut Wangir. Ziarah lalu dilanjutkan ke makam Uki dan Djuwaeni, di TPU Makam Kidul Cikamuning II. Keduanya merupakan tokoh perwakilan Cikamunding yang kala itu masih menjadi bagian Desa Cisungsang. Yayan dan rombongan kemudian menuju Kampung Pasirawikuda. Di kampung ini disemayamkan Ruhani yang merupakan kades pertama Desa Cikamunding. “Alhamdulillah tahun ini kita mulai tradisi baru berziarah ke makam para pendahulu, sesepuh dan karuhun,” kata Yayan, Sabtu 11/3/2023. Yayan menuturkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk penghormatan dan menghargai para leluhur dan sesepuh yang sudah berjuang membangun Cikamunding. “Dari apa yang telah dilakukan juga diharapkan menjadi cerminan sekaligus memotivasi generasi penerus untuk terus berikhtiar dan berperan aktif secara bersama-sama dalam pembangunan di Cikamunding,” ujar Sekretaris Apdesi Lebak ini. **Baca Juga BPOM Temukan Jamu Kedaluarsa Dijual Bebas di Kabupaten Tangerang “Harapan kami, desa semakin maju pembangunannya, semakin mandiri dan semakin makmur warganya,” tambah Yayan. Berziarah ke makam kades dan tokoh masyarakat terdahulu akan menjadi tradisi yang dilakukan menjelang peringatan Hari Jadi Cikamunding. “Pelaksanaannya pada hari Jumat terakhir sebelum peringatan hari jadi agar lebih khidmat dan sakral,” katanya.Nda
2Mk4.